M.K.S.A (Mager Kepanjangan, Singkat Aja)
Intinya… BPOM mendukung PT Sanbe Farma mengembangkan monoclonal antibody (MAB) untuk kanker payudara untuk mendorong penurunan angka kematian dan ketergantungan impor obat. Produk ini diharapkan tersedia pada 2027, meningkatkan pengobatan kanker dan kemandirian industri farmasi Indonesia.
Intinya… BPOM mendukung PT Sanbe Farma mengembangkan monoclonal antibody (MAB) untuk kanker payudara untuk mendorong penurunan angka kematian dan ketergantungan impor obat. Produk ini diharapkan tersedia pada 2027, meningkatkan pengobatan kanker dan kemandirian industri farmasi Indonesia.
Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Taruna Ikrar, menyatakan dukungannya terhadap pengembangan monoclonal antibody (MAB) sebagai inovasi pengobatan kanker payudara di Indonesia. Pernyataan ini disampaikan saat kunjungannya ke kompleks PT Sanbe Farma di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, pada Kamis (16/1/2025). Menurut Taruna, kanker menjadi salah satu penyebab kematian terbesar, dengan hampir 400.000 kasus baru setiap tahun dan tingkat kematian mencapai 60 persen.
PT Sanbe Farma tengah merintis pengembangan MAB untuk mengatasi tingginya angka kematian akibat kanker. Teknologi ini dinilai efektif jika dikembangkan secara tepat sasaran untuk kanker payudara. "Dengan produk ini, diharapkan tingkat kematian menurun dan keberhasilan pengobatan meningkat," ujar Taruna. Selain itu, inovasi ini juga diharapkan mampu mengurangi ketergantungan pada impor obat kanker dari luar negeri.
Dalam kunjungannya, Taruna mengapresiasi PT Sanbe Farma yang telah memproduksi lebih dari 400 jenis obat-obatan, serta menyebut perusahaan ini sebagai pelopor di Indonesia dalam pengembangan obat berbasis teknologi tinggi. Ia optimis bahwa langkah ini akan membawa PT Sanbe Farma ke level global, tidak hanya sebagai kebanggaan nasional tetapi juga sebagai pemain penting di pasar farmasi internasional.
Hafizh D. Esas, Technical Operation Director PT Sanbe Farma, menjelaskan bahwa fasilitas untuk pengembangan MAB sedang dipersiapkan dan ditargetkan selesai pada 2025. Transfer teknologi dari salah satu perusahaan bioteknologi terbaik kedua di dunia akan dimulai pada Maret 2026, dengan harapan produk ini sudah dapat dipasarkan pada akhir 2026 atau awal 2027.
Taruna menilai bahwa teknologi MAB tidak hanya penting bagi kesehatan masyarakat, tetapi juga memiliki potensi ekonomi yang besar. "Langkah ini akan memberikan dampak ekonomi yang signifikan dengan membuka peluang pasar lebih luas, termasuk ekspor," ungkapnya. Dengan adanya produksi lokal, PT Sanbe Farma diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan kanker secara lebih efektif dan efisien.
Pengembangan MAB oleh PT Sanbe Farma menjadi harapan baru bagi pasien kanker di Indonesia. Selain meningkatkan kualitas pengobatan, inovasi ini juga memperkuat posisi Indonesia dalam bidang bioteknologi dan farmasi di tingkat global, sekaligus menjadi langkah penting menuju kemandirian industri farmasi nasional.