Apa Itu Fenomena ‘Bediding’ Yang Melanda Indonesia?

FIN Entertainment

PukulEnam Newsletter

Bergabunglah bersama ribuan subscriber lainnya dan nikmati berita terhangat yang up-to-date setiap paginya melalui inbox emailmu, gratis!



M.K.S.A (Mager Kepanjangan, Singkat Aja)
Intinya… Fenomena 'bediding' terjadi saat puncak musim kemarau, menyebabkan suhu dingin di malam hingga pagi hari akibat angin monsun Australia. BMKG mencatat suhu minimum 16,6°C pada 14 Juli 2024. Masyarakat diimbau menjaga kesehatan dan mengurangi aktivitas luar ruangan malam hari.
 
Fenomena 'bediding' merujuk pada suhu udara dingin di tengah musim kemarau, terutama pada malam hingga pagi hari, sementara suhu siang hari tetap panas. Istilah ini berasal dari bahasa Jawa, 'bedhidhing', yang berarti terasa dingin. Fenomena ini umum terjadi di puncak musim kemarau, yaitu dari Juli hingga September, disebabkan oleh angin monsun Australia yang membawa udara dingin dan kering ke Indonesia.
 
Menurut BMKG, suhu udara dingin ini merupakan fenomena alamiah. Angin monsun Australia bertiup dari Benua Australia melewati Samudera India yang suhunya lebih rendah, menyebabkan suhu di beberapa wilayah Indonesia, terutama di bagian selatan khatulistiwa, menjadi dingin. Kondisi tanpa awan dan kurangnya uap air di musim kemarau meningkatkan radiasi matahari pada siang hari, membuat siang terasa panas.
 
Pada 14 Juli 2024, suhu minimum tercatat 16,6 derajat Celsius, lebih rendah dari rata-rata normal Juli yang 18,2 derajat Celsius. Suhu dingin ekstrem cenderung terjadi pada malam hingga dini hari karena bumi melepaskan energi tanpa penghalang awan. 
 
Masyarakat diimbau menjaga kesehatan dan mengurangi aktivitas luar ruangan pada malam hingga dini hari, karena fenomena ini wajar terjadi di wilayah Indonesia di Belahan Bumi Selatan (BBS).

Ditulis oleh

Bagikan Artikel

Facebook
X
WhatsApp
LinkedIn
Email
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Kamu mungkin juga suka...