Pentingnya Kolaborasi Peneliti dan Industri Dalam Development Vaksin

Kementerian Kesehatan

PukulEnam Newsletter

Bergabunglah bersama ribuan subscriber lainnya dan nikmati berita terhangat yang up-to-date setiap paginya melalui inbox emailmu, gratis!



M.K.S.A (Mager Kepanjangan, Singkat Aja)
Intinya… Dirjen Farmasi Rizka Andalusia menekankan pentingnya pengembangan vaksin halal dalam acara penutupan Program Fellowship Batch-3. Program ini melibatkan kolaborasi antara Kemenkes, Bio Farma, dan akademisi, bertujuan meningkatkan produksi vaksin halal untuk masyarakat Muslim.
 
Pengembangan hasil penelitian vaksin menjadi produk yang bermanfaat bagi masyarakat luas menjadi perhatian Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Rizka Andalusia pada acara penutupan Program Fellowship Penelitian dan Pelatihan Teknologi Virologi dan Vaksin Batch ke-3 yang diselenggarakan di Jakarta, Senin (29/7).
 
Menurut Dirjen Rizka, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI turut mendukung upaya peningkatan kolaborasi antara peneliti dan industri vaksin untuk memenuhi ketersediaan vaksin yang bermanfaat bagi kesehatan masyarakat luas, termasuk masyarakat Islam di dunia yang membutuhkan perlindungan jaminan halal.
 
Indonesia merupakan negara yang sedang meningkatkan ekosistem penelitian dan manufaktur vaksin, yang telah berhasil menghasilkan 8 dari 14 antigen imunisasi dan 4 di antaranya telah Pra-Kualifikasi WHO,” ujar Dirjen Rizka saat menutup Program Fellowship Batch-3 tersebut.
 
Deputi CEO PT Bio Farma Soleh Ayubi juga menyatakan bahwa dibutuhkan kolaborasi berbagai pihak untuk menciptakan ekosistem yang dapat menyelesaikan berbagai masalah kesehatan besar seperti pandemi.
 
“Kolaborasi adalah kunci dari segalanya. Jika kita menengok empat tahun yang lalu, kita harus menghadapi pandemi COVID-19. Kita belajar dari kejadian tersebut, permasalahan seperti itu terlalu besar untuk diselesaikan oleh satu organisasi, satu universitas, satu perusahaan, bahkan satu negara,” ujar Soleh Ayubi.
 
Soleh Ayubi menambahkan, setidaknya ada tiga hal yang harus menjadi perhatian peneliti vaksin agar hasil penelitian dapat diimplementasikan menjadi sebuah produk industri. Pertama, kemampuan untuk memahami dan menghubungkan setting laboratorium dengan setting perusahaan. Kedua, memahami berbagai aspek peraturan setempat terkait sistem evaluasi produk obat-obatan. Ketiga, memiliki pengetahuan tentang Good Manufacturing Practice (GMP).
 
“Pertama, upaya peningkatan dari setting laboratorium ke setting manufaktur. Saya harap peserta mempelajari sudut pandang tersebut. Yang kedua, saya harap peserta mempelajari aspek regulasi. Peserta belajar tentang aspek penting regulasi Food and Drug Administration (FDA) lokal ketika mereka mengevaluasi produk. Dan saya harap peserta juga mempelajari aspek GMP atau aspek praktik manufaktur yang baik,” tambah Soleh Ayubi.
 
Program Fellowship Batch-3 ini telah berlangsung selama 1 bulan, yakni mulai 1 Juli hingga 29 Juli 2024. Program ini merupakan bentuk kolaborasi yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari organisasi dunia, pemerintah, industri, hingga akademisi.
 
Program Fellowship Batch-3 merupakan hasil kerja sama antara Kementerian Kesehatan, Standing Committee for Scientific and Technological Cooperation (COMSTECH), PT Bio Farma, dan Universitas Padjadjaran selaku Center of Excellence (CoE) on Vaccine and Biotechnology Products atau pusat riset vaksin OKI. Program ini juga didukung oleh berbagai pemangku kepentingan lainnya seperti pusat riset BRIN, UNAIR, ITB, UI, serta pelaku industri vaksin seperti Etana dan Kalbe.
 
Program Fellowship Batch-3 diikuti oleh 12 peneliti dari 9 negara anggota OKI, yaitu Indonesia, Kamerun, Kazakhstan, Malaysia, Mesir, Pakistan, Somalia, Tanzania, dan Uganda. Sebagai program yang telah berlangsung selama tiga tahun, program ini juga merupakan wujud nyata kolaborasi untuk memproduksi vaksin dengan jaminan halal bagi komunitas dan negara-negara Islam.
 
Selama menjalani Program Fellowship Batch-3, para peneliti berkesempatan secara langsung mengikuti pelatihan di laboratorium PT Bio Farma dan Laboratorium Sentral UNPAD Bandung serta Jatinangor. Mereka juga mengunjungi dua industri farmasi di Jakarta, yaitu PT Etana Biotechnologies Indonesia dan Kalbe Business Innovation Centre, serta melakukan kunjungan ke laboratorium BRIN.
 
Salah satu peserta Program Fellowship Batch-3, Mwambi Bashir dari Islamic University in Uganda, menyatakan bahwa setelah kembali dari program ini, ia akan mempromosikan pentingnya penggunaan vaksin kepada masyarakat. Mwambi telah melihat dan memperoleh pengetahuan langsung tentang bagaimana perusahaan vaksin di Indonesia telah berkomitmen menghasilkan vaksin halal untuk komunitas Muslim dunia.
 
“Sekali lagi, kita harus menjaga kolaborasi ini. Ini adalah hal yang sangat baik dan menarik bagi negara-negara anggota OKI, khususnya dalam produksi vaksin yang menekankan produk halal. Jika kita ingin mendorong masyarakat untuk menerima vaksin, kita harus menekankan pentingnya inklusivitas nilai agama, budaya, dan kepercayaan dalam masyarakat,” ujar Mwambi.

Ditulis oleh

Bagikan Artikel

Facebook
X
WhatsApp
LinkedIn
Email
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Kamu mungkin juga suka...