M.K.S.A (Mager Kepanjangan, Singkat Aja)
Intinya… The Fed menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,5%-4,75% karena inflasi yang mulai moderat. Ketua The Fed, Jerome Powell, menyatakan ini bertujuan menjaga stabilitas ekonomi, dengan kemungkinan penurunan lebih lanjut pada Desember.
Intinya… The Fed menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,5%-4,75% karena inflasi yang mulai moderat. Ketua The Fed, Jerome Powell, menyatakan ini bertujuan menjaga stabilitas ekonomi, dengan kemungkinan penurunan lebih lanjut pada Desember.
Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, kembali memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi kisaran 4,5%-4,75%. Keputusan ini diumumkan pada Kamis malam waktu AS setelah pertemuan dua hari Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC). Pemangkasan suku bunga ini menjadi yang kedua berturut-turut dalam tujuh minggu terakhir, setelah sebelumnya The Fed memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada September.
Keputusan The Fed ini diambil dengan mempertimbangkan kondisi inflasi dan pasar tenaga kerja yang menunjukkan sinyal moderasi. Meski inflasi masih berada di atas target bank sentral AS yang sebesar 2%, laporan terbaru menunjukkan inflasi telah menunjukkan tanda-tanda penurunan. Data inflasi pada September 2024 tercatat berada pada 2,4% secara tahunan (yoy).
Ketua The Fed, Jerome Powell, menekankan bahwa langkah ini bertujuan menjaga stabilitas harga dan mendukung pertumbuhan lapangan kerja."Indikator terkini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi terus berkembang dengan pesat. Sejak awal tahun, kondisi tenaga kerja secara umum telah mereda. Inflasi telah mengalami kemajuan menuju sasaran Komite sebesar 2%, tetapi masih agak tinggi," ujar Powell dalam konferensi pers setelah pertemuan FOMC.
Penurunan suku bunga ini datang hanya beberapa hari setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS. Meski Trump selama masa kampanye mengkritik The Fed dan menyatakan keinginan untuk mengontrol suku bunga lebih lanjut, Powell menegaskan independensi institusi yang dipimpinnya. "Dalam jangka pendek, pemilihan tidak akan mempengaruhi keputusan kebijakan kami," jelas Powell.
Para analis melihat bahwa dengan kemenangan Trump, potensi peningkatan proteksionisme ekonomi dapat mempengaruhi laju inflasi di AS. Jika kebijakan perdagangan Trump mendorong kenaikan harga barang impor, hal ini bisa memaksa The Fed untuk menyesuaikan kebijakan moneternya di masa depan.
Pasar kini berspekulasi mengenai kemungkinan pemangkasan lebih lanjut pada Desember mendatang. Meskipun tidak memberikan sinyal pasti, beberapa anggota FOMC sebelumnya telah mengindikasikan kemungkinan pemangkasan tambahan sebesar 25 basis poin untuk mendukung ekonomi dalam menghadapi tantangan global dan domestik.
Dengan kebijakan terbaru ini, para pengamat ekonomi menilai The Fed sedang berada di jalur pelonggaran kebijakan moneter yang hati-hati, yang akan terus diimbangi dengan analisis perkembangan inflasi dan kondisi tenaga kerja yang sedang berlangsung.