Penyakit Preeklamsia, Ancaman yang Belum Terpecahkan bagi Ibu Hamil

M.K.S.A (Mager Kepanjangan, Singkat Aja)
Intinya… Preeklamsia, komplikasi kehamilan yang menyebabkan tekanan darah tinggi dan kerusakan organ, mengakibatkan ribuan kematian ibu dan janin setiap tahun. Meski penyebabnya belum jelas, teknologi seperti tes protein dan "plasenta dalam chip" dikembangkan untuk deteksi dini dan pencegahan.

 

Preeklamsia, komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kerusakan organ, telah menjadi penyebab utama kematian ibu hamil di seluruh dunia. Setiap tahunnya, sekitar 70.000 ibu hamil meninggal akibat preeklamsia, dan lebih dari 500.000 janin kehilangan nyawanya akibat komplikasi yang sama​.

 

Preeklamsia dapat muncul kapan saja selama kehamilan, tanpa gejala yang jelas. Meski beberapa ibu mengalami pembengkakan, protein dalam urin, atau tekanan darah tinggi, sebagian besar kasus muncul mendadak. Kondisi ini sering mengakibatkan kelahiran prematur yang membahayakan nyawa ibu dan bayi, seperti yang dialami atlet asal AS, Allyson Felix​.

 

Meskipun berbagai penelitian telah dilakukan, penyebab pasti preeklamsia masih menjadi teka-teki. Peneliti di seluruh dunia berupaya mencari biomarker yang dapat mendeteksi kondisi ini lebih awal. Misalnya, tes yang mendeteksi kadar protein tertentu dalam darah, seperti sFlt-1, dapat membantu mendiagnosis preeklamsia lebih cepat. Meski demikian, tes-tes ini belum sepenuhnya efektif untuk pencegahan​.

 

Sebuah inovasi baru yang disebut “plasenta dalam chip” dikembangkan untuk meneliti proses preeklamsia pada tahap awal. Teknologi ini memungkinkan peneliti meniru kondisi preeklamsia di luar tubuh manusia, sehingga mempercepat pencarian terapi baru​. Preeklamsia tidak hanya berdampak pada kehamilan, tetapi juga pada kesehatan jangka panjang ibu dan bayi. Dengan peningkatan penelitian, diharapkan preeklamsia dapat dicegah, sehingga ribuan nyawa ibu dan bayi yang belum lahir bisa diselamatkan.