Rupiah Menuju Rp16.342/USD, Sentimen Global Jadi Pemicu

Detik/detikfinance

PukulEnam Newsletter

Bergabunglah bersama ribuan subscriber lainnya dan nikmati berita terhangat yang up-to-date setiap paginya melalui inbox emailmu, gratis!



M.K.S.A (Mager Kepanjangan, Singkat Aja)
Intinya… Rupiah diproyeksikan terus melemah pekan depan hingga Rp16.342 per dolar AS, dipicu oleh ketegangan dagang AS-China dan perlambatan ekonomi domestik. Investor asing mencatat net sell Rp3 triliun , menekan IHSG.
 
Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diproyeksikan akan melanjutkan tren pelemahan pada pekan depan. Analis memprediksi Rupiah dapat menyentuh level Rp16.342 per dolar AS, seiring dengan sentimen negatif yang masih membayangi pasar keuangan domestik.
 
Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah tercatat belum pernah menyentuh level Rp15.000-an sejak awal tahun 2025. Bahkan, pada awal pekan ini, Rupiah sempat mencapai level terendahnya di Rp16.448 per dolar AS, yang merupakan titik pelemahan terdalam dalam beberapa waktu terakhir. Sementara itu, level penguatan tertinggi Rupiah tercatat pada Rp16.143 per dolar AS pada 7 Januari 2025.
 
Ibrahim, seorang analis keuangan, menyatakan bahwa pelemahan Rupiah dipicu oleh beberapa faktor, termasuk ketegangan perang dagang antara AS dan China yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Ibrahim juga memproyeksikan bahwa pada perdagangan besok, Rupiah dapat melemah sekitar 60 poin dan berakhir di level Rp16.342 per dolar AS. Dia menambahkan bahwa Bank Indonesia (BI) kemungkinan besar akan mempertahankan suku bunga acuannya pada bulan Februari ini, mengingat kondisi pasar yang masih belum stabil.
 
"Kalau seandainya BI menurunkan suku bunga, ini tidak ada artinya sama sekali seperti di bulan Januari kemarin, dengan bank sentral yang menurunkan suku bunga 25 bps, tidak berdampak ke penguatan rupiah," jelas Ibrahim.
 
Selain faktor eksternal, tekanan terhadap Rupiah juga datang dari dalam negeri. Data terbaru dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa penjualan ritel di Indonesia tumbuh melambat pada November 2024, hanya sebesar 0,9% year-on-year (yoy), turun dari pertumbuhan 1,5% pada bulan sebelumnya. Hal ini menambah kekhawatiran akan perlambatan ekonomi domestik yang dapat berdampak lebih lanjut pada nilai tukar Rupiah.
 
Di tengah ketidakpastian ini, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp3 triliun di pasar saham domestik. Aksi jual ini turut memberikan tekanan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang anjlok 4,86% dalam periode yang sama.
 
Meskipun Rupiah ditutup menguat pada akhir pekan ini di level Rp16.282 per dolar AS, analis memperingatkan bahwa sentimen negatif masih akan mendominasi pasar keuangan domestik dalam waktu dekat. 

Ditulis oleh

Bagikan Artikel

Facebook
X
WhatsApp
LinkedIn
Email
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Kamu mungkin juga suka...