M.K.S.A (Mager Kepanjangan, Singkat Aja)
Intinya… Pemerintah akan menerapkan bioavtur 3% pada 2026, lebih cepat dari rencana awal. Bioavtur bertujuan mengurangi emisi karbon penerbangan. Pertamina dan Garuda sukses uji coba, mendukung target Net Zero Emission 2060.
Intinya… Pemerintah akan menerapkan bioavtur 3% pada 2026, lebih cepat dari rencana awal. Bioavtur bertujuan mengurangi emisi karbon penerbangan. Pertamina dan Garuda sukses uji coba, mendukung target Net Zero Emission 2060.
Pemerintah berencana mempercepat penerapan bioavtur dengan campuran 3% pada 2026, lebih cepat dari rencana sebelumnya yang menetapkan 1% pada 2027. Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menyatakan bahwa rencana tersebut masih dalam kajian bersama Pertamina.
“Bioavtur baru akan dimulai pada 2026, sebelumnya direncanakan 1% pada 2027, namun kini dihitung ulang dengan Pertamina sehingga bisa dimandatorikan 3% pada 2026,” kata Eniya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (18/2/2025). Bioavtur merupakan bahan bakar penerbangan yang dicampur dengan minyak nabati, seperti refined bleached deodorized palm kernel oil (RBDPKO). Penggunaannya bertujuan mengurangi emisi karbon di sektor penerbangan dan mendukung target Net Zero Emission (NZE) Indonesia pada 2060.
Sebelumnya, pada Oktober 2023, Pertamina dan Garuda Indonesia berhasil melaksanakan penerbangan komersial perdana menggunakan bioavtur dalam pesawat Boeing PK GFX Seri 727-800 dari Jakarta ke Surakarta. Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina, Alfian Nasution, menyatakan bahwa keberhasilan ini menjadi tonggak sejarah bagi industri aviasi berkelanjutan. Pengembangan bioavtur telah dilakukan sejak 2010 oleh Pertamina melalui Research & Technology Innovation. Pada 2021, PT Kilang Pertamina Internasional memproduksi SAF J2.4 di Cilacap dengan kapasitas 1.350 kilo liter per hari.
Pemerintah terus mendorong inovasi bahan bakar nabati melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk ITB, BPDPKS, dan maskapai nasional. Dengan percepatan implementasi bioavtur, diharapkan industri penerbangan Indonesia semakin ramah lingkungan dan mendukung pengurangan emisi global.