M.K.S.A (Mager Kepanjangan, Singkat Aja)
Intinya… IHSG turun tajam 7,9% ke 5.996,14 pada Selasa (8/4/2025), dampak tertunda dari kebijakan tarif impor AS yang diumumkan saat libur Lebaran. Seluruh sektor terkoreksi, dipimpin utilitas (-11,98%) dan properti (-9,53%). Saham BBRI, BMRI, dan BBCA jadi penekan utama indeks.
Intinya… IHSG turun tajam 7,9% ke 5.996,14 pada Selasa (8/4/2025), dampak tertunda dari kebijakan tarif impor AS yang diumumkan saat libur Lebaran. Seluruh sektor terkoreksi, dipimpin utilitas (-11,98%) dan properti (-9,53%). Saham BBRI, BMRI, dan BBCA jadi penekan utama indeks.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan sebesar 7,9% pada perdagangan Selasa (8/4/2025), menutup di level 5.996,14. Koreksi ini terjadi setelah pasar saham Indonesia kembali beraktivitas pasca libur panjang Idulfitri.
Penurunan IHSG dipicu oleh sentimen negatif dari kebijakan tarif dagang baru Amerika Serikat (AS) yang diberlakukan mulai 2 April 2025. Presiden Donald Trump menyebut hari pengumuman kebijakan tersebut sebagai "Liberation Day", namun langkah ini justru memicu ketidakpastian di pasar global. Selama libur Lebaran, IHSG tidak bergerak, sementara pasar global sudah lebih dulu terkoreksi. Akibatnya, penurunan IHSG hari ini menjadi penyerapan dampak yang tertunda dari sentimen negatif tersebut.
Seluruh sektor berada di zona merah, dengan utilitas (-11,98%) dan real estate (-9,53%) sebagai penyumbang penurunan terbesar. Saham perbankan seperti BBRI, BMRI, dan BBCA juga menjadi beban utama IHSG. Volume transaksi mencapai Rp 20,41 triliun dengan 22,65 miliar saham yang diperdagangkan. Sebanyak 672 saham tercatat turun, 30 saham naik, dan 95 saham stagnan.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melalui Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu menilai koreksi IHSG masih moderat dibandingkan negara lain. Ia menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil di kisaran 5% dan kondisi APBN 2025 yang tetap on track menjadi faktor penahan. Sementara itu, Freddy Tedja, Head of Investment Specialist Manulife Investment Management, menyatakan kebijakan tarif AS berpotensi memicu inflasi jangka pendek dan meningkatkan risiko resesi global. Namun, dampak langsung ke Indonesia dinilai terbatas karena ekspor ke AS hanya 10% dari total ekspor nasional.
Di pasar global, indeks S&P 500 dan Nasdaq sempat ambruk sebelum menunjukkan pemulihan parsial. Di Asia, bursa Jepang (Nikkei 225) bangkit 6,03%, sedangkan Hong Kong (Hang Seng) masih volatile setelah sebelumnya anjlok 13%. IHSG sendiri sempat terkena trading halt di sesi pertama, tetapi berhasil memangkas kerugian menjelang penutupan.
Analis memprediksi IHSG masih akan mengalami volatilitas dalam beberapa hari ke depan akibat ketidakpastian kebijakan tarif AS, respons Bank Indonesia (BI) terhadap tekanan kurs rupiah, dan laporan kinerja emiten kuartal I-2025. Untuk investor, disarankan menghindari aksi spekulatif jangka pendek dan memanfaatkan koreksi sebagai peluang akumulasi saham blue-chip dengan valuasi menarik.