Gunung di Korea Utara Jadi Global Geopark UNESCO

KCNA/Reuters

PukulEnam Newsletter

Bergabunglah bersama ribuan subscriber lainnya dan nikmati berita terhangat yang up-to-date setiap paginya melalui inbox emailmu, gratis!



M.K.S.A (Mager Kepanjangan, Singkat Aja)
Intinya… Gunung Paektu, gunung berapi sakral di perbatasan Korea Utara-Tiongkok, kini menjadi Geopark Global UNESCO. Penetapan ini menyoroti nilai geologis dan peran simboliknya dalam sejarah, mitologi, serta identitas nasional Korea Utara.
 
Gunung Paektu, gunung berapi aktif yang terletak di perbatasan Korea Utara dan Tiongkok, kini resmi masuk dalam jaringan Geopark Global UNESCO. Keputusan ini diumumkan oleh dewan eksekutif UNESCO dalam pertemuan yang berlangsung di Paris pada hari sebelumnya, menjadikan Gunung Paektu sebagai situs pertama dari Korea Utara yang diakui secara global dalam jaringan tersebut.
 
Penetapan ini tidak hanya menjadi tonggak penting bagi Korea Utara dalam dunia konservasi dan pengakuan internasional, tetapi juga mengukuhkan nilai geologi, budaya, dan simbolik gunung ini yang dikenal luas sebagai lambang nasional dan pusat mitologi Korea Utara.
 
Menurut UNESCO, kawasan ini menunjukkan geografi glasial yang sangat berkembang, termasuk cirque akibat erosi gletser serta fitur topografi lain seperti bukit morain, dataran morain, dan dataran pencucian hasil endapan gletser. Gunung Paektu juga tercatat sebagai lokasi letusan dahsyat pada tahun 946 Masehi, yang dikenal sebagai salah satu letusan gunung berapi paling kuat dalam sejarah.
 
Proses pengajuan dari pihak Korea Utara sebenarnya telah dimulai sejak tahun 2019, setahun lebih awal dibandingkan Tiongkok. Namun, pengakuan terhadap sisi Tiongkok dari gunung yang dikenal dengan nama Changbaishan terjadi lebih dulu karena penundaan inspeksi lapangan di Korea Utara akibat pandemi COVID-19.
 
Gunung Paektu sendiri memiliki makna yang jauh melampaui keindahan alam atau kepentingan ilmiah. Dalam narasi negara Korea Utara, gunung ini adalah pusat spiritual dan historis. Menurut legenda, Paektu adalah tempat kelahiran Dangun, pendiri kerajaan Korea pertama. Kim Il Sung, pendiri Korea Utara, dikisahkan pernah menggunakan kawasan gunung ini sebagai basis gerilya saat melawan penjajahan Jepang, dan anaknya, Kim Jong Il, diklaim lahir di dekat puncaknya meski data sejarah menunjukkan ia lahir di Uni Soviet.
 
Rezim Kim menjadikan gunung ini sebagai simbol keagungan dan keabsahan kekuasaan, bahkan menciptakan istilah "garis darah Paektu" untuk menggambarkan legitimasi dinasti mereka. Citra Paektu muncul dalam lambang negara, dan namanya disematkan pada berbagai proyek nasional.
 
Kim Jong Un, pemimpin saat ini, beberapa kali mengunjungi gunung ini menjelang peristiwa penting termasuk uji coba nuklir dan eksekusi politik. Pada 2018, ia mendaki bersama Presiden Korea Selatan saat itu, Moon Jae-in, dalam momen bersejarah yang disebut sebagai simbol harapan rekonsiliasi antar-Korea.
 
Dengan status Geopark Global, Korea Utara kini berpeluang mengembangkan Gunung Paektu sebagai destinasi geowisata berkelanjutan. Meski kehidupan di sekitar kawasan ini masih sangat terpencil dan sederhana, masyarakat lokal menunjukkan rasa bangga akan sejarah dan tanah kelahiran mereka.
 
Sementara itu, Korea Selatan juga mencatat kemajuan dengan penambahan dua geopark baru di Danyang dan Gyeongbuk Donghaean, sehingga total geopark yang diakui UNESCO di Korea Selatan kini mencapai tujuh.
 
Kini, dengan pengakuan UNESCO, Gunung Paektu bukan hanya simbol revolusi Korea Utara, tetapi juga bagian dari warisan geologi dunia. Apakah pengakuan ini akan menjadi jembatan baru menuju keterbukaan, atau hanya memperkuat narasi internal Pyongyang, masih menjadi pertanyaan. Namun satu hal yang pasti Paektu berdiri megah, tak hanya di peta geopolitik, tetapi juga dalam catatan warisan bumi.

Ditulis oleh

Bagikan Artikel

Facebook
X
WhatsApp
LinkedIn
Email
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Kamu mungkin juga suka...