IHSG Melemah 0,32%, Rupiah Tertekan di Rp 16.865/USD

Bisnis

PukulEnam Newsletter

Bergabunglah bersama ribuan subscriber lainnya dan nikmati berita terhangat yang up-to-date setiap paginya melalui inbox emailmu, gratis!



M.K.S.A (Mager Kepanjangan, Singkat Aja)
Intinya… IHSG turun 0,32% ke 6.613,48 akibat profit taking. Rupiah melemah tipis ke Rp16.865/USD setelah BI tahan suku bunga. Ketidakpastian global dan ketegangan AS-China jadi sentimen negatif.
 
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,32% ke level 6.613,48 pada perdagangan Kamis (24/4/2025), menghentikan reli tiga hari berturut-turut. Sementara itu, rupiah terdepresiasi tipis ke Rp 16.865/USD akibat ketidakpastian global dan keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan.
 
IHSG sempat menguat 0,9% di sesi pertama, namun berbalik melemah di akhir perdagangan. Penurunan ini terutama dipicu oleh aksi profit taking pada saham-saham yang sebelumnya mengalami penguatan, terutama di sektor perbankan dan konglomerat. Saham BBCA (Bank Central Asia) tercatat sebagai pemberat utama dengan penurunan 2,87%, menyumbang -15,36 poin ke IHSG. Selain itu, saham BREN (Barito Renewables) dan TPIA (Chandra Asri Pacific) juga mengalami koreksi masing-masing 1,64% dan 3,45%, berkontribusi pada pelemahan indeks. Di tengah tekanan tersebut, beberapa saham seperti UNVR (Unilever Indonesia) dan BBNI (Bank Negara Indonesia) justru mencatat kenaikan, menunjukkan adanya selektivitas investor.
 
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 0,03% ke Rp 16.865/USD, meskipun indeks dolar AS (DXY) turun 0,4% ke 99,44. Pelemahan rupiah terjadi setelah BI mempertahankan BI Rate di 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur 22-23 April. Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan bahwa bank sentral tetap mencermati ruang penurunan suku bunga di masa depan, namun kebijakan akan disesuaikan dengan stabilitas rupiah dan inflasi.
 
Di sisi eksternal, ketegangan antara AS dan China masih menjadi faktor risiko. Presiden AS Donald Trump mulai melunakkan sikap terkait tarif impor China, tetapi ketidakpastian kebijakan perdagangan kedua negara tetap membayangi pasar. Selain itu, aliran modal asing yang keluar dari pasar emerging market turut memberi tekanan pada rupiah. Banjaran Surya Indrastomo, Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BRIS), menyatakan bahwa rupiah masih rentan terhadap gejolak eksternal dan perubahan sentimen investor.
 
Analis memprediksi IHSG akan bergerak dalam rentang 6.625–6.675 dalam sesi mendatang dengan volatilitas tinggi akibat faktor global. Sementara itu, rupiah diperkirakan tetap fluktuatif, tergantung pada perkembangan kebijakan BI dan resolusi ketegangan AS-China.
 
Disclaimer: Keputusan investasi harus didasarkan pada analisis mendalam dan riset mandiri.

Ditulis oleh

Bagikan Artikel

Facebook
X
WhatsApp
LinkedIn
Email
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Kamu mungkin juga suka...