M.K.S.A (Mager Kepanjangan, Singkat Aja)
Intinya… IHSG naik 0,66% ke 6.722,97, dipimpin saham perbankan. Rupiah melemah 0,15% ke Rp16.855/USD akibat penguatan dolar AS dan ketidakpastian global. Pasar fokus pada data inflasi AS dan ekonomi domestik.
Intinya… IHSG naik 0,66% ke 6.722,97, dipimpin saham perbankan. Rupiah melemah 0,15% ke Rp16.855/USD akibat penguatan dolar AS dan ketidakpastian global. Pasar fokus pada data inflasi AS dan ekonomi domestik.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan Senin (28/4/2025), sementara nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS di tengah sentimen global yang beragam. Pasar keuangan Indonesia menunjukkan ketahanan meskipun dihadapkan pada tantangan eksternal dan internal.
IHSG menutup perdagangan Senin (28/4/2025) di level 6.722,97, naik 0,66% atau 44,05 poin dari penutupan sebelumnya. Kenaikan ini didorong oleh kinerja positif saham-saham perbankan, dengan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) sebagai kontributor utama, menguat 2,67% ke Rp2.840 per saham. Saham lainnya seperti Bank Central Asia (BBCA) dan DSSA juga menunjukkan performa kuat, masing-masing naik 1,5% dan 6,15%.
Sebanyak 379 saham tercatat menguat, 221 melemah, dan 209 stagnan. Sektor finansial dan energi menjadi penggerak utama, sementara sektor industri dan teknologi mengalami koreksi. Analis memprediksi IHSG akan bergerak dalam rentang 6.700–6.750 dalam sesi berikutnya, didukung indikator teknikal yang positif.
Di sisi lain, rupiah ditutup melemah 0,15% ke level Rp16.855 per dolar AS, mengikuti tren pelemahan mata uang Asia lainnya seperti peso Filipina dan yuan China. Penguatan indeks dolar AS menjadi faktor utama tekanan pada rupiah, di samping sentimen pasar yang waspada terhadap kebijakan moneter global. IMF dan Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan Indonesia menjadi 4,7% pada 2025, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 5,1%.
Pasar global turut memengaruhi dinamika domestik. Data inflasi AS (PCE Price Index) yang akan dirilis pekan ini menjadi sorotan, dengan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed yang berpotensi memperkuat dolar AS lebih lanjut. Sementara itu, data PMI China akan memberikan sinyal kesehatan ekonomi regional.
Di dalam negeri, pelaku pasar memantau rilis Survei Perbankan BI dan data inflasi April dari BPS. Target pertumbuhan ekonomi 8% pada 2029 oleh Presiden Prabowo Subianto dinilai ambisius, mengingat perlunya konsistensi pertumbuhan di atas 6,76% per tahun mulai 2026.
Pasar saham Indonesia menunjukkan ketahanan dengan IHSG yang terus menguat, didukung sektor perbankan. Namun, rupiah masih rentan terhadap gejolak global dan ketidakpastian kebijakan. Investor disarankan untuk memantau perkembangan kebijakan moneter global dan data ekonomi domestik untuk mengambil keputusan strategis.
Disclaimer: Keputusan investasi harus didasarkan pada analisis mendalam dan riset mandiri.