IHSG Tembus Level 7.040, Rupiah Menguat ke Rp16.510 per Dolar AS

katadata

PukulEnam Newsletter

Bergabunglah bersama ribuan subscriber lainnya dan nikmati berita terhangat yang up-to-date setiap paginya melalui inbox emailmu, gratis!



M.K.S.A (Mager Kepanjangan, Singkat Aja)
Intinya… IHSG tembus 7.000 dan ditutup naik 0,86% dipimpin saham perbankan. Rupiah menguat 0,21% ke Rp16.510 per dolar AS. Sentimen positif datang dari kesepakatan dagang AS-China dan ekspektasi pemotongan suku bunga The Fed.
 
Pasar keuangan Indonesia mencatat kinerja positif pada perdagangan Kamis (15/5/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menembus level psikologis 7.000, sementara nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah sentimen positif dari dalam dan luar negeri.
 
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup menguat 0,86% atau 60,28 poin ke level 7.040,16. Penguatan ini didominasi oleh saham-saham blue chip, terutama dari sektor perbankan dan BUMN. Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menjadi kontributor terbesar dengan kenaikan 4,40% ke level Rp4.270, menyumbang 27,52 poin indeks. Disusul oleh Bank Mandiri (BMRI) yang melesat 5,45% ke Rp5.325 dan memberikan kontribusi 25,41 poin. Telkom Indonesia (TLKM) juga turut mendorong penguatan dengan kenaikan 2,70% ke level Rp3.750, menambah 7,98 poin pada IHSG.
 
Di antara saham-saham lainnya, Pantai Indah Kapuk (PANI) mencatat kenaikan signifikan sebesar 5,92% ke Rp12.075, sementara Wahana Pronatural (WAPO) dan Lovina Beach Brewery (STRK) menjadi top gainers dengan masing-masing menguat 34,31% dan 30%.
 
Sentimen positif juga datang dari kesepakatan perdagangan AS-China yang mengurangi tarif perdagangan selama 90 hari ke depan. Selain itu, pelaku pasar menanti pidato Ketua The Fed Jerome Powell untuk sinyal kebijakan moneter.
 
Selain itu rupiah ditutup menguat 0,21% ke posisi Rp16.510 per dolar AS berdasarkan data Refinitiv. Penguatan ini sejalan dengan pelemahan indeks dolar AS (DXY) yang turun 0,19% ke level 100,85. Pelemahan dolar AS dipicu spekulasi kebijakan Washington dan meredanya ketegangan AS-China. Mata uang Asia lainnya, seperti won Korea Selatan dan yen Jepang juga menguat.
 
Faktor pendukung lainnya adalah penurunan inflasi AS yang meningkatkan ekspektasi pemotongan suku bunga The Fed tahun ini. Namun, di dalam negeri, perlambatan ekonomi terlihat dari kontraksi Indeks Penjualan Ritel (IPR) dan penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).
 
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan untuk memberikan rekomendasi investasi. Keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca.

Ditulis oleh

Bagikan Artikel

Facebook
X
WhatsApp
LinkedIn
Email
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Kamu mungkin juga suka...