Rupiah dan IHSG Melemah di Tengah Tekanan Ekonomi Global

iNews

PukulEnam Newsletter

Bergabunglah bersama ribuan subscriber lainnya dan nikmati berita terhangat yang up-to-date setiap paginya melalui inbox emailmu, gratis!



M.K.S.A (Mager Kepanjangan, Singkat Aja)
Intinya… Rupiah melemah 0,34% ke Rp16.308,7 dan IHSG turun 0,29% ke 7.044,82 pada Selasa (3/6/2025), dipicu sentimen global negatif, deflasi 0,37%, dan surplus dagang yang menyusut. Tekanan diperkirakan berlanjut dengan rupiah bergerak di kisaran Rp16.300–Rp16.370.
 
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 0,34% ke level Rp16.308,7 pada perdagangan Selasa (3/6/2025), sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga terkoreksi 0,29% ke level 7.044,82. Pelemahan ini terjadi di tengah sentimen negatif dari pasar global dan data ekonomi domestik yang kurang menggembirakan.
 
Mengutip Bloomberg, rupiah melemah sebesar 55,70 poin atau 0,34% ke level Rp16.308,7 per dolar AS. Indeks dolar AS sendiri menguat 0,24% menuju 98,94. Pelemahan rupiah turut dipengaruhi oleh melemahnya mayoritas mata uang Asia, seperti yen Jepang (-0,11%), rupee India (-0,16%), baht Thailand (-0,10%), dan dolar Singapura (-0,14%).
 
Pengamat mata uang Ibrahim Assuabil menyatakan bahwa penguatan dolar AS didorong oleh sentimen positif meskipun dibayangi kekhawatiran atas tingkat utah AS yang meningkat dan ketegangan geopolitik, termasuk serangan Ukraina di wilayah Rusia. Selain itu, kontraksi Indeks Manufaktur Caixin China yang lebih dalam dari ekspektasi turut memperburuk sentimen pasar.
 
IHSG ditutup turun 20,25 poin (-0,29%) ke level 7.044,82, dengan 353 saham tercatat melemah dan hanya 261 saham yang menguat. Sektor utilitas (-0,86%), teknologi (-0,83%), dan keuangan (-0,61%) menjadi pemberat utama, sementara sektor properti (+1,09%), kesehatan (+0,28%), dan energi (+0,22%) masih mampu bertahan di zona hijau.
 
Saham seperti DCII, TPIA, dan ASII menjadi kontributor terbesar pelemahan IHSG, sedangkan AMRT, BRPT, TLKM, dan DSSA berupaya menahan laju penurunan.
 
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan deflasi sebesar 0,37% secara bulanan (MtM) pada Mei 2025, yang merupakan deflasi ketiga tahun ini setelah Januari (-0,76%) dan Februari (-0,48%). Ibrahim Assuabil memperingatkan bahwa deflasi berkepanjangan berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi kuartal II/2025 di bawah 5%.
 
Surplus neraca perdagangan Indonesia pada April 2025 juga menipis menjadi US$160 juta, jauh di bawah surplus Maret 2025 sebesar US$4,33 miliar. Meski surplus telah bertahan selama 60 bulan berturut-turut, tren penurunan ini patut diwaspadai.
 
Di tengah ketidakpastian global dan tekanan domestik, Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif dengan kisaran Rp16.300–Rp16.370 pada Rabu (4/6/2025). Sementara itu, IHSG diprediksi tetap rentan terhadap sentimen negatif, terutama jika data ekonomi tidak menunjukkan perbaikan.
 
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan untuk memberikan rekomendasi investasi. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan pembaca.

Ditulis oleh

Bagikan Artikel

Facebook
X
WhatsApp
LinkedIn
Email
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Kamu mungkin juga suka...