Job Fair Ricuh, Pengangguran Turun tapi Lapangan Kerja Seret

manilatimes/Job Fair

PukulEnam Newsletter

Bergabunglah bersama ribuan subscriber lainnya dan nikmati berita terhangat yang up-to-date setiap paginya melalui inbox emailmu, gratis!



M.K.S.A (Mager Kepanjangan, Singkat Aja)
Intinya… Pengangguran turun jadi 4,76% per Februari 2025, tapi tantangan kerja berkualitas masih besar. Kericuhan di job fair Bekasi tunjukkan tingginya persaingan. Ahli dorong pelatihan kerja dan pembukaan lapangan kerja berkelanjutan di sektor digital dan hijau.
 
Pemerintah Indonesia melalui Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan angka pengangguran terbuka dari 4,82% menjadi 4,76% pada Februari 2025. Meski demikian, tantangan dalam membuka lapangan pekerjaan yang berkualitas dan berkelanjutan masih menjadi pekerjaan rumah yang serius, terutama di tengah ketidakpastian global dan tingginya antusiasme pencari kerja.
 
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi mengklaim bahwa penurunan angka pengangguran didukung oleh peningkatan pekerja penuh waktu dari 65,6% menjadi 66,2%. Namun, proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) justru bertolak belakang dengan data pemerintah. IMF memperkirakan tingkat pengangguran Indonesia akan naik menjadi 5% pada 2025, salah satu yang tertinggi di Asia. Hal ini dipicu oleh perlambatan ekonomi global yang memengaruhi pertumbuhan domestik. 
 
Di sisi lain, insiden kericuhan dalam Job Fair di Bekasi pada akhir Mei 2025 menjadi bukti tingginya tekanan pencari kerja. Sebanyak sembilan orang sempat pingsan akibat berdesakan, memicu kritik dari pengamat seperti Aznil Tan dari Migrant Watch. Aznil menyatakan Indonesia berada dalam "darurat lapangan pekerjaan" dan menyerukan pemerintah untuk lebih fokus pada pembukaan lapangan kerja yang nyata ketimbang program-program simbolis.
 
Ahli ketenagakerjaan dari LPEM FEB UI, Muhammad Hanri, dan Sekjen Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) Timboel Siregar sepakat bahwa job fair saja tidak cukup. Mereka menekankan pentingnya pelatihan keterampilan (reskilling dan upskilling) untuk menyesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja yang semakin digital. Timboel juga mendorong pemerintah untuk mengalokasikan anggaran lebih besar bagi program pelatihan kerja yang sesuai dengan kebutuhan industri.
 
Selain itu pemerintah merespons dengan meluncurkan lima paket stimulus senilai Rp24,4 triliun, termasuk subsidi upah dan bantuan sembako, untuk menjaga daya beli dan menstimulasi ekonomi.Ia juga menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai hampir 5% masih lebih baik dibandingkan banyak negara lain.
 
Ke depan, pemerintah diharapkan dapat mempercepat pembukaan lapangan kerja berkelanjutan, termasuk di sektor digital dan industri hijau. Selain itu, program pelatihan kerja berbasis kebutuhan pasar perlu diperkuat, sementara program prioritas seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) perlu dievaluasi agar lebih berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Dengan langkah-langkah tersebut, penurunan angka pengangguran diharapkan tidak hanya bersifat statistik, tetapi juga dirasakan secara nyata oleh masyarakat.

Ditulis oleh

Bagikan Artikel

Facebook
X
WhatsApp
LinkedIn
Email
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Kamu mungkin juga suka...