M.K.S.A (Mager Kepanjangan, Singkat Aja)
Intinya… IHSG turun 1,83% ke 6.485,45, sementara rupiah melemah 0,45% ke Rp16.454 per dolar AS pada perdagangan Kamis (27/2/2025). Pelemahan ini dipicu aksi jual asing sebesar Rp3,47 triliun, tekanan sektor perbankan, serta penurunan peringkat saham Indonesia oleh Morgan Stanley.
Intinya… IHSG turun 1,83% ke 6.485,45, sementara rupiah melemah 0,45% ke Rp16.454 per dolar AS pada perdagangan Kamis (27/2/2025). Pelemahan ini dipicu aksi jual asing sebesar Rp3,47 triliun, tekanan sektor perbankan, serta penurunan peringkat saham Indonesia oleh Morgan Stanley.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan signifikan sebesar 1,83% ke level 6.485,45, sementara nilai tukar rupiah juga melemah 0,45% ke Rp16.454 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Kamis (27/2/2025). Kondisi ini dipicu oleh sentimen negatif yang mencakup aksi jual asing serta meningkatnya kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.
IHSG ditutup dengan 413 saham mengalami penurunan, 196 saham menguat, dan 184 saham stagnan. Sektor finansial menjadi sektor dengan penurunan terbesar, dipicu oleh pelemahan saham perbankan utama seperti BBRI (-4,97%), BMRI (-5,38%), dan BBCA (-2,85%). Dalam tiga hari terakhir, investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp3,47 triliun, yang mencerminkan pesimisme terhadap pasar modal Indonesia.
Lembaga keuangan global, Morgan Stanley, menurunkan peringkat saham Indonesia dari "equal-weight" menjadi "underweight". Penurunan peringkat ini didasari oleh proyeksi pertumbuhan ekonomi yang melemah serta tekanan terhadap sektor siklikal. Selain itu, isu terkait likuiditas perbankan semakin menekan pasar, dengan data menunjukkan dana pihak ketiga (DPK) perorangan mengalami kontraksi sebesar 2,6% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Januari 2025.
Selain itu nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan sebesar 0,45% ke level Rp16.454 per dolar AS. Faktor utama pelemahan ini adalah rilis data kepercayaan konsumen Amerika Serikat yang lebih rendah dari perkiraan. Sentimen negatif juga diperparah oleh kebijakan perdagangan global Presiden AS Donald Trump, yang mengancam akan memperpanjang tarif impor terhadap Kanada dan Meksiko, yang secara tidak langsung berdampak pada pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Dengan kondisi pasar yang terus berfluktuasi, investor disarankan untuk tetap berhati-hati dan mempertimbangkan berbagai faktor risiko dalam mengambil keputusan investasi. Pemerintah dan otoritas keuangan diharapkan dapat segera mengambil langkah strategis guna mengatasi tantangan yang ada dan menjaga stabilitas ekonomi nasional.