M.K.S.A (Mager Kepanjangan, Singkat Aja)
Intinya… Partai Demokrat Korea Selatan resmi menunjuk Lee Jae-myung sebagai calon presiden untuk pemilu 3 Juni 2025, pasca pemakzulan Presiden Yoon Suk-yeol. Lee unggul di survei meski masih menghadapi kasus hukum. Pemilu ini menjadi ujian besar bagi demokrasi Korsel.
Intinya… Partai Demokrat Korea Selatan resmi menunjuk Lee Jae-myung sebagai calon presiden untuk pemilu 3 Juni 2025, pasca pemakzulan Presiden Yoon Suk-yeol. Lee unggul di survei meski masih menghadapi kasus hukum. Pemilu ini menjadi ujian besar bagi demokrasi Korsel.
Partai oposisi utama Korea Selatan, Partai Demokrat, secara resmi menunjuk Lee Jae-myung sebagai calon presiden untuk pemilu cepat yang akan digelar pada 3 Juni 2025. Pemilu ini diadakan setelah Presiden Yoon Suk-yeol dimakzulkan akibat upayanya memberlakukan darurat militer pada Desember 2024 lalu.
Lee, mantan pemimpin Partai Demokrat dan Gubernur Provinsi Gyeonggi, memenangkan nominasi partai dengan perolehan suara mencapai 89,7%. Dalam pidato kemenangannya, ia berjanji untuk memulihkan demokrasi dan mengakhiri polarisasi politik yang terjadi selama pemerintahan Yoon.
Yoon Suk-yeol dicabut jabatannya oleh Mahkamah Konstitusi pada April 2025 setelah upayanya memberlakukan darurat militer pada Desember 2024. Dekrit tersebut, yang dikeluarkan tanpa persetujuan parlemen, memicu protes luas dan dianggap sebagai tindakan otoriter. Pasukan militer sempat dikerahkan ke gedung parlemen, tetapi dekrit itu dibatalkan dalam enam jam setelah legislator menolaknya melalui pemungutan suara darurat.
Lee Jae-myung, yang saat itu menjadi anggota parlemen, turut memimpin penolakan terhadap dekrit Yoon. Ia bahkan menyiarkan secara langsung upayanya memasuki gedung parlemen untuk memastikan suara penolakan terealisasi.
Lee kini menjadi favorit dalam pemilu mendatang. Survei terbaru dari Gallup Korea menunjukkan ia unggul dengan 38% dukungan, sementara calon dari Partai Kekuatan Rakyat (konservatif) hanya meraih satu digit. Partai Kekuatan Rakyat sendiri akan mengumumkan calonnya pada 3 Mei 2025.
Meski demikian, Lee menghadapi sejumlah tantangan hukum, termasuk tuduhan korupsi terkait skandal pengembangan properti senilai $1 miliar dan pelanggaran kampanye pemilu. Pada Maret 2025, pengadilan banding membebaskannya dari satu tuduhan pelanggaran pemilu, tetapi kasus lainnya masih berlangsung. Jika terpilih, proses hukum terhadapnya kemungkinan akan ditunda karena kekebalan presiden.
Lee menekankan agenda ekonomi yang berfokus pada pertumbuhan inklusif, pengurangan ketimpangan, dan peningkatan kerja sama dengan Korea Utara. Ia juga mendukung aliansi AS-Korsel-Jepang tetapi menyerukan pendekatan yang lebih seimbang dalam hubungan dengan Pyongyang. "Saya akan membalas kepercayaan Anda dengan membangun negara baru yang penuh harapan dan semangat, Republik Korea yang sejati," tegas Lee dalam pidatonya.
Para analis politik menyatakan bahwa kemenangan Lee sangat mungkin terjadi mengingat ketidakpuasan publik terhadap pemerintahan Yoon. Namun, polarisasi politik dan kasus hukumnya bisa menjadi penghalang. Pemilu Juni nanti akan menjadi ujian bagi demokrasi Korea Selatan, dengan Lee Jae-myung sebagai tokoh sentral yang diharapkan mampu membawa perubahan.