Rusia Diminta Pertanggungjawaban atas Tragedi Pesawat MH17 oleh PBB

CNN Indonesia

PukulEnam Newsletter

Bergabunglah bersama ribuan subscriber lainnya dan nikmati berita terhangat yang up-to-date setiap paginya melalui inbox emailmu, gratis!



M.K.S.A (Mager Kepanjangan, Singkat Aja)
Intinya… ICAO menyatakan Rusia bertanggung jawab atas jatuhnya MH17 pada 2014 karena gagal mencegah penggunaan rudal di wilayah konflik. Rusia menolak keputusan ini, sementara Belanda dan Australia menuntut kompensasi. Keputusan ini jadi preseden penting dalam hukum udara internasional.
 
Badan Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi menetapkan Rusia bertanggung jawab atas tragedi jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 pada 2014 silam. Keputusan ini disampaikan setelah penyelidikan mendalam yang mengungkap kegagalan Rusia memenuhi kewajiban hukum udara internasional. Pesawat yang mengangkut 298 penumpang dan awak itu ditembak jatuh di wilayah timur Ukraina, menewaskan semua orang di dalamnya.
 
Penerbangan MH17 milik Malaysia Airlines lepas landas dari Amsterdam, Belanda, menuju Kuala Lumpur, Malaysia, pada 17 Juli 2014. Pesawat tersebut ditembak jatuh di tengah konflik bersenjata antara kelompok separatis pro-Rusia dan pasukan Ukraina. Investigasi menyimpulkan bahwa rudal darat ke udara jenis BUK, yang diproduksi Rusia, menjadi penyebab jatuhnya pesawat. Sebanyak 196 korban merupakan warga Belanda, disusul 28 warga Australia, dan 30 warga Malaysia.
 
Dalam laporannya, ICAO menyatakan bahwa klaim yang diajukan oleh Belanda dan Australia "beralasan secara fakta dan hukum." Badan ini menegaskan bahwa Rusia gagal mematuhi hukum udara internasional dengan tidak mencegah penggunaan rudal di wilayah konflik. Meskipun ICAO tidak memiliki kekuatan hukum untuk menjatuhkan sanksi, keputusan ini menjadi preseden penting dalam penegakan akuntabilitas internasional.
 
Menteri Luar Negeri Belanda, Caspar Veldkamp, menyambut baik keputusan tersebut. "Keputusan ini merupakan langkah penting dalam mengungkap kebenaran dan menegakkan keadilan serta akuntabilitas bagi seluruh korban penerbangan MH17, beserta keluarga dan orang-orang terkasih mereka," ujarnya. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong, mendesak Rusia untuk segera memberikan kompensasi sesuai hukum internasional.
 
Kremlin menolak keputusan ICAO dan menyebutnya tidak adil. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyatakan bahwa Rusia tidak terlibat dalam penyelidikan dan menganggap kesimpulan ICAO bias. Pemerintah Rusia juga menolak mengekstradisi dua warganya yang dihukum in absentia oleh pengadilan Belanda atas tuduhan pembunuhan terkait tragedi ini.
 
Dalam kunjungan resminya ke Moskow, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyampaikan kekhawatiran keluarga korban kepada Presiden Rusia Vladimir Putin. "Sebagai perwakilan rakyat Malaysia, khususnya keluarga korban, saya mengambil kesempatan ini untuk mengangkat masalah tersebut dengan Presiden Vladimir Putin selama diskusi bilateral kami," kata Anwar. Putin menyatakan simpati dan menyerukan penyelidikan yang komprehensif serta tidak dipolitisasi. Namun, ia menegaskan bahwa Rusia hanya akan bekerja sama dengan badan yang dianggap independen.
 
ICAO akan mempertimbangkan bentuk pertanggungjawaban yang diperlukan dari Rusia dalam beberapa pekan mendatang. Belanda dan Australia mendorong negosiasi untuk menentukan kompensasi yang adil bagi keluarga korban. Keputusan ini diharapkan menjadi momentum bagi penegakan hukum internasional dan pencegahan tragedi serupa di masa depan.

Ditulis oleh

Bagikan Artikel

Facebook
X
WhatsApp
LinkedIn
Email
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Kamu mungkin juga suka...